Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada sistem otot dan rangka tubuh selama olahraga akibat suatu ketidaksengajaan (kecelakaan) maupun kesalahan yang sebenarnya dapat dihindari seperti kurang pemanasan, gangguan motorik, Intensitas latihan yang terlalu berat, dan tingkat stress psikologis yang sedang tinggi. Cedera olahraga yang paling sering terjadi yaitu keseleo, cedera lutut, otot bengkak, cedera tendon, fraktur dan disklokasi.
Apa yang harus dilakukan ketika terjadi cedera?
Ketika terjadi cedera pada tubuh saat berolahraga, maka segera hentikan segala aktivitas. Tetap memaksa tubuh untuk berolahraga dan menahan rasa sakit hanya akan memperparah kondisi cedera. Pada tahapan ini, bagian tubuh yang mengalami cedera akan mengalami inflamasi, yaitu terasa sakit, bengkak, berwarna kemerahan dan terasa panas. Gejala ini menggambarkan reaksi kimia di otot yaitu pemicuan terjadinya perbaikan di jaringan otot yang rusak. Jika tahap ini tidak ditangani dengan tepat, maka dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang lebih parah.
Pengobatan cedera biasanya diawali dengan melakukan metode “RICE” yaitu Rest, Ice, Compression, and Elevation untuk membantu menghilangkan rasa sakit, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan.
- Rest. Istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera.
- Ice. Letakkan bungkusan es (ice pack) pada bagian tubuh yang mengalami cedera. Lakukan selama 20 menit, 4 – 8 kali sehari.
- Compressing. Balut bagian tubuh yang mengalami cedera dan ditekan agar tidak terjadi pembengkakan.
- Elevation. Tinggikan posisi bagian tubuh yang mengalami cedera agar transportasi aliran darah kembali lancar.
Setelah melakukan metode RICE, jika kondisi cedera tidak kunjung membaik, biasanya tenaga ahli akan melakukan beberapa tindakan lain sesuai dengan cedera yang dialami, diantaranya :
- Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (NSAIDs), Obat anti inflamasi biasanya diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan meredakan bengkak, contohnya aspirin atau ibuprofen.
- Imobilisasi, Ini adalah pengobatan umum pada cedera, yaitu dengan sling, splint dan gips untuk melindungi bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan mencegah kerusakan yang lebih parah.
- Operasi, Pada kondisi teretentu, tenaga ahli harus melakukan tindakan operasi untuk memperbaiki cedera. Operasi biasanya dilakukan pada kondisi cedera tendon robek, ligamen, dan fraktur (patah tulang).
- Terapi, Contoh terapi yang biasa diberikan yaitu Arus listrik ringan (electrostimulation), gelombang suara (ultrasound) dan pijat (massage).
Selanjutnya pemulihan cedera masuk ke tahap poliferasi, yaitu tahap di mana jaringan otot yang rusak sudah berangsur hilang dan mulai tumbuh jaringan otot baru sedikit demi sedikit. Pertumbuhan jaringan baru ini berlangsung hingga jaringan terbentuk dengan sempurna dan siap menggantikan jaringan sebelumnya yang sudah rusak.
Tahapan terakhir pada pemulihan cedera adalah tahap rehabilitasi. Pada tahap ini, bagian tubuh yang mengalami cedera dilatih dan mulai digerakkan secara perlahan-lahan dan bertahap untuk mengembalikan fungsi normalnya, termasuk pemulihan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Tahap ini tidak boleh dilakukan dengan terburu-buru agar cedera dapat sembuh total dan tidak menimbulkan cedera berulang (repetitive injury) di kemudian hari.
Kontributor : Jansen Ongko