Penampilan tubuh menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan, baik laki-laki maupun perempuan masa kini. Memiliki penampilan yang baik atau sesuai keinginan, tentunya dapat meningkatkan percaya diri. Namun pernahkan Anda masih sering merasa tidak percaya diri? Walaupun sudah memiliki tubuh yang tergolong ideal. Jika ya mungkin saja Anda mengalami Body Dsymorphic Disorder (BDD). Apakah Body Dsymorphic Disorder itu? berikut penjelasannya.
Body Dsymorphic Disorder merupakan penyakit mental yang membuat penderitanya cemas akan penampilan dirinya. Mereka merasa ada yang kurang sempurna (cacat) sehingga cenderung dilanda ketakutan dan merasa tidak percaya diri. Bagi penderita BDD penampilan adalah nomor satu sehingga suatu kelainan, baik kecil ataupun besar, akan membuat mereka cemas dan melakukan berbagai hal untuk mengatasinya.
Berikut adalah beberapa karakteristik BDD, yaitu:
- Khawatir secara berlebihan apabila tampilan fisiknya berubah.
- Menghabiskan waktu yang sangat lama untuk mengurus fisiknya.
- Rentan mengalami depresi dan tidak pernah merasa puas akan kondisi fisiknya.
- Kepercayaan diri yang rendah serta konsep diri yang negatif.
- Merasa tidak nyaman saat berada di tengah-tengah komunitas atau keramaian.
BDD tidak hanya dialami orang biasa, namun juga dialami oleh fitness enthusiast alias penggiat olahraga angkat beban. BDD yang dialami fitness enthusiast ini sering disebut Bigorexia atau muscle dysmorphia. Individu yang mengalami bigorexia akan merasa fisiknya banyak kekurangan, tidak kunjung besar dan kurang berotot, sehingga rentan putus asa. Tidak sedikit yang memutuskan untuk menggunakan steroid atau HGH karena jenuh atau takut tersaingi. Mereka juga cenderung tidak puas dengan fisik yang dimiliki sehingga selalu ingin memiliki ukuran tubuh yang lebih besar.
Agar Anda tidak mengalami hal seperti ini, ada baiknya untuk berpikir positif ke tubuh sendiri, prioritas olahraga untuk sehat, mensyukuri fisik yang sudah dimiliki, menghargai semua proses yang dilakukan untuk menjadi lebih baik, dan tidak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain karena setiap individu memiliki karakteristik dan fisiologi yang berbeda.
Kontributor : Jansen Ongko