Saat ini berbagai jenis pijat dapat kita jumpai tetapi manakah jenis pijat yang aman untuk dilakukan setelah berolahraga?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, yang perlu diketahui adalah tujuan dan manfaat dari pijat setelah berolahraga pada umumnya antara lain:
- Melancarkan peredaran darah
- Mengurangi ketegangan pada syaraf
- Meminimalkan pegal-pegal pasca berlatih atau bertanding
- Mempercepat proses pemulihan jaringan otot yang rusak
- Mempersiapkan kondisi tubuh untuk dapat kembali beraktifitas
- Memberikan efek relaksasi dan rasa nyaman
Kerusakan halus pada jaringan otot pasca berolahraga merupakan hal yang tidak dapat dihindari, terutama untuk para pemula. Olahragawan yang rutin berolahraga pun tidak luput dari pegal-pegal apabila intensitas olahraganya terus meningkat. Untuk durasi pemulihan dari pegal-pegal sendiri memakan waktu tidak menentu karena sangat bergantung dari penanganan dan tingkat kerusakaannya. Fase pegal-pegal saat proses penyembuhan umumnya disebut dengan Delayed Onset of Muscle Soreness (DOMS).
Perlu digaris bawahi bahwa kondisi terjadinya inflamasi atau peradangan pada jaringan otot yang rusak adalah proses yang wajar dalam fase pemulihan. Saat berolahraga jaringan otot memang secara tidak langsung akan rusak. Tujuannya adalah setelah proses regenerasi sel, tubuh akan menambah jumlah jaringan ototnya sebagai bentuk persiapan untuk menerima tekanan yang lebih berat.
Bagaimana dengan refleksi telapak kaki?
Teknik pemijatan olahraga sendiri tidak jauh berbeda dengan pijat biasa, yaitu kombinasi antara diusap, ditekan, digosok, dan dipukul-pukul. Perbedaan signifikan antara pijat biasa dengan refleksi kaki tentunya adalah luas area pijatan. Pijat umumnya meliputi seluruh bagian tubuh sedangkan refleksi hanya pada telapak kaki saja. Ini bukan berarti refleksi tidak efektif karena terbukti masih memiliki manfaat untuk kesehatan. Hanya saja jika mengacu pada penelitian terbaru, jenis pijat yang paling baik untuk dilakukan setelah berolahraga adalah pijat seluruh badan terutama pada otot yang paling banyak digunakan atau kelelahan. Tekanan yang diberikan saat pijat dilakukan juga tidak boleh terlalu berlebihan atau terlalu keras hingga menyebabkan memar dan menghambat fase pemulihan.
Penting untuk diingat bahwa sebelum rutin pijat, harus diketahui ada beberapa kondisi di mana pijat tidak boleh dilakukan. Pada kasus-kasus seperti cedera memar karena terbentur, terkilir atau keseleo, mengalami luka terbuka maka area tubuh tersebut dilarang untuk dipijat karena berpotensi memperparah kondisinya.
Untuk isu yang mengatakan bahwa pijat menghambat pembentukan otot adalah mitos karena yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu mendukung fase pemulihan. Hanya saja apa yang dilakukan secara berlebihan tentunya malah akan mengurangi manfaatnya. Ini karena konsep Law of Diminishing Return juga berlaku. Melakukan suatu hal secara berlebihan, misalnya keseringan pijat setelah olahraga akan membuat efek ketergantungan pada tubuh. Saat pijat tidak sempat dilakukan, efek sampingnya adalah memperlambat fase penyembuhannya sendiri dan membuat tubuh terasa lebih tidak nyaman.
Kontributor : Jansen Ongko