Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang olahraga, metode yang digunakan untuk latihan pun terus berkembang. Metode HIIT (High-Intensity Interval Training) yang sebelumnya tidak terlalu populer, saat ini merupakan salah satu metode latihan yang banyak diterapkan. Membahas tentang olahraga berintensitas tinggi, pernahkan Anda mendengar tentang metode yang juga tidak kalah menarik yaitu SMIT (SupraMaximal Interval Training)?
Simak penjelasannya di artikel berikut ini.
Metode SMIT dan HIIT sebenarnya memiliki konsep yang hampir sama, yaitu berolahraga dengan intensitas tinggi. Perbedaannya adalah zona intensitas SMIT mencapai 175% HR (Heart rate), sedangkan HIIT berada pada intensitas 80-100% HR. Metode ini juga memanfaatkan sistem EPOC dimana kompensasi oksigen yang harus dibayar akan lebih besar dibandingkan dengan HIIT sehingga asam laktat yang terbentuk lebih banyak. Proses pemulihan saat melakukan metode ini juga lebih lama yaitu 1:5 hingga 1:8, contohnya 30 detik latihan dengan intensitas sangat tinggi, kemudian istirahat selama 3-5 menit.
Penelitian menunjukkan bahwa metode SMIT memberikan manfaat lebih besar dibandingkan HIIT pada performa olahraga endurance (daya tahan) seperti sprint dan lari estafet (repeated sprint). Selain itu, latihan SMIT pada waktu yang singkat dapat memicu peningkatan kadar eritropoetin (hormon yang memicu produks sel darah merah) pada individu terlatih.
Berlari selama 45 detik dengan kecepatan maksimal, lalu beristirahat selama 4-6 menit kemudian mengulangnya sebanyak 6-10 kali merupakan salah satu latihan SMIT yang dapat Anda coba.
Kesimpulan
SMIT merupakan metode latihan yang menggunakan intensitas sangat tinggi yaitu hingga 175% HR. SMIT akan menghasilkan hutang oksigen dan akumulasi asam laktat yang lebih banyak daripada HIIT sehingga dibutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama. Apabila Anda ingin mencoba latihan ini disarankan untuk melakukan trial-error terlebih dahulu dengan cara meningkatkan intensitas secara bertahap agar kondisi tubuh dapat melakukan penyesuaian terhadap latihan yang dilakukan.
Metode ini tidak untuk pemula dan dikhususkan untuk individu terlatih, terutama atlet yang berkompetisi. Tidak dianjurkan pada individu yang tidak terbiasa dengan endurance training dan tidak boleh dilakukan oleh mereka yang memiliki masalah kesehatan terutama jantung.
Kontributor : Jansen Ongko