Stres adalah masalah psikologis yang dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa bahkan lansia sekalipun. Jenis stres yang dialami dapat berupa stres psikologis dan stres fisik. Ketika mengalami stres, salah satu efek yang dapat ditimbulkan adalah penumpukan lemak di bagian perut. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Simak pembahasannya pada artikel berikut ini.
Ketika stres melanda, tubuh membutuhkan energi dalam jumlah besar dengan cara mensekreksi hormon kortisol lebih banyak. Hormon ini akan meningkatkan kadar gula dalam darah dengan cara memecah protein dan lemak sehingga kadar gula dalam tubuh akan meningkat. Apabila kondisi ini terlalu sering terjadi, maka akan membuat gangguan pada ginjal dan memicu resistensi (regulasi insulin menjadi terganggu atau tidak bekerja dengan baik).
Dengan minimnya insulin, maka kelebihan gula darah tersebut akan lebih banyak diubah kembali menjadi sel lemak. Secara genetik, lokasi penyimpanan lemak yang utama pada tubuh adalah bagian perut. Dengan demikian jumlah lemak dalam perut (lemak subkutan) akan meningkat. Lemak subkutan yang ada pada bagian perut ini (di bawah kulit dan di atas otot) merupakan lemak yang cukup sulit dihilangkan. Hal tersebut dikarenakan aliran darah pada lemak subkutan lebih sedikit dibanding viseral, sehingga membuat tubuh lebih sulit mengurainya menjadi energi.
Lalu bagaimana cara mengurangi risiko perut buncit? Salah satu kuncinya adalah dengan memiliki manajemen stres yang baik. Stres dapat dikendalikan dengan rutinitas tidur yang cukup dan teratur, melakukan relaksasi, berolahraga, rekreasi, lebih banyak tertawa dengan menyimak hiburan, membatasi konsumsi sumber makanan tinggi proses yang tinggi gula dan/atau tinggi lemak, memakan makanan bergizi, minum cukup air dan memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Selain itu, mencoba untuk tetap tenang dalam menghadapi setiap permasalahan juga dapat menjadi solusinya.
Pada praktiknya memang tidak mudah. Oleh karena itu, mulailah dari apapun hal positif yang dapat Anda lakukan saat tingkat stress sedang tinggi.
Kontributor : Jansen Ongko