Berdasar kategori, sederhananya olahraga dapat dibagi menjadi endurance (Daya tahan) yang terfokus pada aerobic dan strength (Kekuatan) yang terfokus pada anaerobic. Atlet endurance yang kuat secara umum tentunya dapat tampil pada tingkat kekuatan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimanapun suatu program latihan dilakukan, dapat menstimulasi peningkatan kekuatan otot tanpa mengorbankan kemampuan daya tahan yang tentunya berguna bagi atlet endurance.
Anggapan ini tidak sekedar opini saja namun didukung oleh literatur ilmiah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa integrasi yang tepat dari latihan kekuatan pada program latihan atlet endurance dapat memberikan hasil yang signifikan berupa performa yang lebih baik jika dibandingkan dengan latihan endurance klasik yang hanya fokus pada aerobic.
Ketika melihat lebih dekat pada performa endurance, ada beberapa faktor yang berperan penting yaitu VO2Max atlet, ambang batas laktat dan efisiensi gerakan. Modalitas training tertentu memengaruhi faktor-faktor tersebut dengan menginduksi perubahan pada kekuatan dan kapasitas aerobic, kapabilitas anaerobic serta fungsi neuromuscular atlet.
(Klik pada gambar untuk memperbesar)
Latihan aerobic (daya tahan) memberikan pengaruh yang besar pada kekuatan dan kapasitas aerobic, tapi tidak memberikan efek yang besar terhadap kemampuan anaerobic maupun kemampuan neuromuscular. Sebaliknya, latihan kekuatan memberikan dampak yang besar pada fungsi neuromuscular atlet dan efek yang sedang pada kekuatan dan kapasitas aerobic. Dengan memengaruhi kemampuan anaerobic dan fungsi neuromuscular, latihan kekuatan dapat meningkatkan ambang batas laktat, efisiensi gerakan dan kemampuan pada aktivitas dengan intensitas tinggi.
Pada umumnya, atlet endurance atau pelatih biasanya meyakini bahwa latihan kekuatan tidak memberikan efek atau bahkan berefek negatif pada performa. Pandangan ini mungkin akibat kesalahan informasi dan kekeliruan dalam penyusunan program latihan. Kesalahan di sini maksudnya bahwa latihan kekuatan hanya sekadar optional dalam rencana latihan endurance. Atlet yang melakukan pendekatan ini lebih mudah mengalami kelelahan otot yang berlebihan sehingga berpengaruh negatif pada kinerja atlet secara keseluruhan.
Berdasarkan penelitian, atlet yang melakukan kombinasi kedua jenis latihan, yaitu aerobic dan latihan kekuatan secara terpadu dan terencana dengan tepat akan menampilkan performa yang lebih baik dibandingkan atlet yang hanya melakukan latihan endurance saja.
Kontributor: Jansen Ongko